Tahukah anda : Sumedang sering kali hanya jadi persinggahan lintas antarkota. Padahal, di kota kabupaten kecil yang berada di antara Bandung dan Garut itu pernah ada sebuah kerajaan besar bernama Sumedang Larang.Kini, kerajaan yang konon didirikan oleh keluarga Prabu Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dan merupakan cikal bakal penerus Kerajaan Padjajaran di tatar parahyangan.Kita kan dulu dari satu kerajaan. Sumedang merupakan suatu kerajaan, Banten suatu kesultanan, Cirebon adalah kesultanan. Berbeda kepentingan, tetapi punya kebersamaan dalam perkembangan agama islam di tatar parahyangan,lembur urang sunda,Provinsi Jawa Barat dan Banten sekarang.

   Kerajaan Sumedang Larang berasal dari pecahan kerajaan Sunda-Galuh yang beragama Hindu, yang didirikan oleh Prabu Aji Putih (Putra Eyang Balangantrang : Guru Ciung Wanara) atas perintah Prabu Suryadewata sebelum Keraton Galuh dipindahkan ke Pajajaran, Bogor. Seiring dengan perubahan zaman dan kepemimpinan, nama Sumedang mengalami beberapa perubahan. Yang pertama yaitu Kerajaan Tembong Agung (Tembong artinya nampak dan Agung artinya luhur) dipimpin oleh Prabu Guru Aji Putih pada abad ke XII. Kemudian pada masa zaman Prabu Tajimalela, diganti menjadi Himbar Buana, yang berarti menerangi alam, Prabu Tajimalela (Raja Pertama Sumedang) pernah berkata “Insun medal; Insun madangan”. Artinya Aku dilahirkan; Aku menerangi. Kata Sumedang diambil dari kata Insun Madangan yang berubah pengucapannya menjadi Sun Madang yang selanjutnya menjadi Sumedang. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata Insun Medal yang berubah pengucapannya menjadi Sumedang dan Larang berarti sesuatu yang tidak ada tandingnya.Masa kejayaan kerajaan Sumedang Larang dari Prabu Tajimalela hingga Prabu Geusan Ulun (Raja terakhir Sumedang Larang).

    Pada masa awal pemerintahan Prabu Geusan Ulun, Kerajaan Pajajaran Galuh Pakuan sedang dalam masa kehancurannya karena diserang oleh Kerajaan Banten yang dipimpin Sultan Maulana Yusuf dalam rangka menyebarkan Agama Islam. Oleh karena penyerangan itu Kerajaan Pajajaran hancur. Pada saat-saat kekalahan Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi sebelum meninggalkan Keraton beliau mengutus empat prajurit pilihan tangan kanan Prabu Siliwangi untuk pergi ke Kerajaan Sumedang dengan rakyat Pajajaran untuk mencari perlindungan yang disebut Kandaga Lante. Kandaga Lante tersebut menyerahkan mahkota emas simbol kekuasaan Raja Pajajaran, kalung bersusun dua dan tiga, serta perhiasan lainnya seperti benten, siger, tampekan, dan kilat bahu (pusaka tersebut masih tersimpan di Museum Prabu Geusan Ulun di Sumedang). Kandaga Lante yang menyerahkan tersebut empat orang yaitu Sanghyang Hawu atau Embah Jayaperkosa, Batara Dipati Wiradijaya atau Embah Nangganan, Sanghyang Kondanghapa, dan Batara Pancar Buana atau Embah Terong Peot.
 
   Tahukah anda kenapa Sumedang larang diserang Kerajaan Cirebon padahal sama-sama dalam ikatan naungan Sultan Agung Mataram Islam,Saat Prabu Geusan Ulun memperdalam ilmu islam di Cirebon.Karena sikapny yang sangat baik serta wajahnya yang rupawan, Prabu Geusan Ulun disenangi oleh penduduk di Cirebon. Permaisuri Panembahan Ratu yang bernama Ratu Harisbaya jatuh cinta kepada Prabu Geusan Ulun. Ketika dalam perjalanan pulang ternyata tanpa sepengetahuannya, Ratu Harisbaya ikut dalam rombongan, dan karena Ratu Harisbaya mengancam akan bunuh diri akhirnya dibawa pulang ke Sumedang. Karena kejadian itu, Panembahan Ratu (Sultan Cirebon) marah besar dan mengirim pasukan untuk merebut kembali Ratu Harisbaya sehingga terjadi perang antara Cirebon dan Sumedang.

    Dayeuh Luhur tiap menjelang Maulid Nabi Besar Muhammad SAW,selalu ramai jadi pusat wisata ziarah warga sekitar Sumedang bahkan peziarah dari luar Sumedang ke makam-makam keramat dari kerajaan sumedang larang di Dayeuh Luhur.Tujuan utama dan yang terkenal disana adalah petilasan tileumnya Maha Patih Sumedang Eyang Jaya Perkosa yang ditandai dengan tancapan tongkatanya Eyang Jaya Perkosa Tongkat batu yang dibungkus kain putih konon tongkat itu mengangkang tidak tertancap melawan gravitasi bumi,di puncak Gunung Dayeuh Luhur.Konon untuk menghindari salah paham persepsi kepercayaan warga tongkat itu dibungkus kain putih dan dipagar tralis besi..dikaki bukitnya terdapat 7 Mata AirKramat keberkahan diantaranya Air Kahuripan,Kajayaan,Kaweudukan,Karahayuan,Kaasihan dsb.